Rabu, 20 Januari 2016

Manajemen Sekolah




A. Pendahuluan

Ilmu manajemen apabila dipelajari secara komprehensif dan di terapkan secara konsisten memberikan arah yang jelas, langkah yang teratur dan keberhasilan dan kegagalan dapat mudah di evaluasi dengan benar, akurat dan lengkap sehingga dapat di jadikan bahan pembelajaran bagi tindakan selanjutnya.
  
  Organisasi  pendidikan sebagai lembaga yang bukan saja besar secara fisik,tetapi juga mengemban misi yang besar dan mulia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Tentu  saja memerlukan manajemen yang profesional.
           
            Siapapun yang menjalankan usaha tentu telah melaksanakan serangkayan kegiatan merencanakan, melaksanakan, dan menilai keberhasilan dan kegagalan usahanya. Disadari atau tidsk, mereka telah menempuh proses manajemen. akan tetepi, alangkah lebih baik apabila dalam praktik usahanya mereka menerapkan pemahaman yang mendalam tentang ilmu manajemen, tentu usahanya akan lebih terarah dan lebih mudah mencapai tujuan.



PEMBAHASAN

 Manajemen Sekolah; Penertian,fungsi,dan Bidang Manajemen

A.Pengertian Manajemen sekolah;
Dalam konteks pendidikan, memang masih ditemukan kontroversi dan inkonsistensi dalam penggunaan istilah manajemen. Di satu pihak ada yang tetap cenderung menggunakan istilah manajemen, sehingga dikenal dengan istilah manajemen pendidikan. Di lain pihak, tidak sedikit pula yang menggunakan istilah administrasi sehingga dikenal istilah adminitrasi pendidikan. Dalam studi ini, penulis cenderung untuk mengidentikkan keduanya, sehingga kedua istilah ini dapat digunakan dengan makna yang sama.
Selanjutnya, di bawah ini akan disampaikan beberapa pengertian umum tentang manajemen yang disampaikan oleh beberapa ahli. Dari Kathryn . M. Bartol dan David
C. Martin yang dikutip oleh A.M. Kadarman SJ dan Jusuf Udaya (1995) memberikan rumusan bahwa :
“Manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan – tujuan organisasi dengan melakukan kegiatan dari empat fungsi utama yaitu merencanakan (planning), mengorganisasi (organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan (controlling). Dengan demikian, manajemen adalah sebuah kegiatan yang berkesinambungan”.
Sedangkan dari Stoner sebagaimana dikutip oleh T. Hani Handoko (1995) mengemukakan bahwa:
“Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.
Secara khusus dalam konteks pendidikan, Djam’an Satori (1980) memberikan pengertian manajemen pendidikan dengan menggunakan istilah administrasi pendidikan yang diartikan sebagai “keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan semua sumber personil dan materil yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien”. Sementara itu, Hadari Nawawi (1992) mengemukakan bahwa “administrasi pendidikan sebagai rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara sistematis yang diselenggarakan di lingkungan tertentu terutama berupa lembaga pendidikan formal”.
Meski ditemukan pengertian manajemen atau administrasi yang beragam, baik yang bersifat umum maupun khusus tentang kependidikan, namun secara esensial dapat ditarik benang merah tentang pengertian manajemen pendidikan, bahwa : (1) manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan; (2) manajemen pendidikan memanfaatkan berbagai sumber daya; dan (3) manajemen pendidikan berupaya untuk mencapai tujuan tertentu.[1]
B.Fungsi Manajemen Sekolah
Dikemukakan di atas bahwa manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan. Kegiatan dimaksud tak lain adalah tindakan-tindakan yang mengacu kepada fungsi-fungsi manajamen. Berkenaan dengan fungsi-fungsi manajemen ini, H. Siagian (1977) mengungkapkan pandangan dari beberapa ahli, sebagai berikut:
Menurut G.R. Terry terdapat empat fungsi manajemen, yaitu :
(1)planning(perencanaan);
(2)organizing(pengorganisasian);
(3)actuating(pelaksanaan) 
(4) controlling (pengawasan)
Sedangkan menurut Henry Fayol terdapat lima fungsi manajemen, meliputi :
(1)planning(perencanaan);
(2)organizing(pengorganisasian);
(3)commanding(pengaturan);
(4)coordinating(pengkoordinasian);
(5) controlling (pengawasan).
Untuk memahami lebih jauh tentang fungsi-fungsi manajemen pendidikan, di bawah akan dipaparkan tentang fungsi-fungsi manajemen pendidikan dalam perspektif persekolahan, dengan merujuk kepada pemikiran G.R. Terry, meliputi : (1) perencanaan (planning); (2) pengorganisasian (organizing); (3) pelaksanaan (actuating) dan (4) pengawasan (controlling).
1. Perencanaan (planning)
Perencanaan tidak lain merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Sebagaimana disampaikan oleh Louise E. Boone dan David L. Kurtz (1984) bahwa: planning may be defined as the proses by which manager set objective, asses the future, and develop course of action designed to accomplish these objective. Sedangkan T. Hani Handoko (1995)mengemukakan bahwa

“ Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi ini.”
Arti penting perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin. T. Hani Handoko mengemukakan sembilan manfaat perencanaan bahwa perencanaan:
(a) membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan;
 (b) membantu dalam kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah utama;
 (c) memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran;
(d) membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat;
 (e) memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi;
 (f) memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian organisasi;
(g) membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami;
 (h) meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti; dan
 (i) menghemat waktu, usaha dan dana.
2. Pengorganisasian (organizing)
Fungsi manajemen berikutnya adalah pengorganisasian (organizing). George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa :
“Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu”.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengorganisasian adalah bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa yang mengerjakan, kapan dikerjakan, dan apa targetnya.
Berkenaan dengan pengorganisasian ini, Hadari Nawawi (1992) mengemukakan beberapa asas dalam organisasi, diantaranya adalah : (a) organisasi harus profesional, yaitu dengan pembagian satuan kerja yang sesuai dengan kebutuhan; (b) pengelompokan satuan kerja harus menggambarkan pembagian kerja; (c) organisasi harus mengatur pelimpahan wewenang dan tanggung jawab; (d) organisasi harus mencerminkan rentangan kontrol; (e) organisasi harus mengandung kesatuan perintah; dan (f) organisasi harus fleksibel dan seimbang.
Ernest Dale seperti dikutip oleh T. Hani Handoko mengemukakan tiga langkah dalam proses pengorganisasian, yaitu : (a) pemerincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi; (b) pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang logik dapat dilaksanakan oleh satu orang; dan (c) pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan para anggota menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis.
3. Pelaksanaan (actuating)
Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi.
Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.
Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika : (1) merasa yakin akan mampu mengerjakan, (2) yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya, (3) tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting, atau mendesak, (4) tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan (5) hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.


4. Pengawasan (controlling)
 Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan. Dalam hal ini, Louis E. Boone dan David L. Kurtz (1984) memberikan rumusan tentang pengawasan sebagai : “… the process by which manager determine wether actual operation are consistent with plans”.
Sementara itu, Robert J. Mocker sebagaimana disampaikan oleh T. Hani Handoko (1995) mengemukakan definisi pengawasan yang di dalamnya memuat unsur esensial proses pengawasan, bahwa :
“Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan – tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.”
Dengan demikian, pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya.
Selanjutnya dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko bahwa proses pengawasan memiliki lima tahapan, yaitu : (a) penetapan standar pelaksanaan; (b) penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan; (c) pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata; (d) pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan penyimpangan-penyimpangan; dan (e) pengambilan tindakan koreksi, bila diperlukan.
Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling kait mengkait antara satu dengan lainnya, sehingga menghasilkan apa yang disebut dengan proses manajemen. Dengan demikian, proses manajemen sebenarnya merupakan proses interaksi antara berbagai fungsi manajemen.
Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka proses manajemen pendidikan memiliki peranan yang amat vital. Karena bagaimana pun sekolah merupakan suatu sistem yang di dalamnya melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola secara baik dan tertib. Sekolah tanpa didukung proses manajemen yang baik, boleh jadi hanya akan menghasilkan kesemrawutan lajunya organisasi, yang pada gilirannya tujuan pendidikan pun tidak akan pernah tercapai secara semestinya.
Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki perencanaan yang jelas dan realisitis, pengorganisasian yang efektif dan efisien, pengerahan dan pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu dapat meningkatkan kualitas kinerjanya, dan pengawasan secara berkelanjutan.[2]

C. Bidang Kegiatan Pendidikan
Berbicara tentang kegiatan pendidikan, di bawah ini beberapa pandangan dari para ahli tentang bidang-bidang kegiatan yang menjadi wilayah garapan manajemen pendidikan. Ngalim Purwanto (1986) mengelompokkannya ke dalam tiga bidang garapan yaitu :
  1. Administrasi material, yaitu kegiatan yang menyangkut bidang-bidang materi/ benda-benda, seperti ketatausahaan sekolah, administrasi keuangan, gedung dan alat-alat perlengkapan sekolah dan lain-lain.
  2. Administrasi personal, mencakup di dalamnya administrasi personal guru dan pegawai sekolah, juga administrasi murid. Dalam hal ini masalah kepemimpinan dan supervisi atau kepengawasan memegang peranan yang sangat penting.
  3. Administrasi kurikulum, seperti tugas mengajar guru-guru, penyusunan sylabus atau rencana pengajaran tahunan, persiapan harian dan mingguan dan sebagainya.
Hal serupa dikemukakan pula oleh M. Rifa’i (1980) bahwa bidang-bidang administrasi pendidikan terdiri dari :
  1. Bidang kependidikan atau bidang edukatif, yang menyangkut kurikulum, metode dan cara mengajar, evaluasi dan sebagainya.Bidang personil, yang mencakup unsur-unsur manusia yang belajar, yang mengajar, dan personil lain yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar.
  2. Bidang alat dan keuangan, sebagai alat-alat pembantu untuk melancarkan siatuasi belajar mengajar dan untuk mencapai tujuan pendidikan sebaik-baiknya.
Setiap ahli memberi pandangan yang berbeda tentang batasan manajemen, karena itu tidak mudah memberi arti universal yang dapat diterima semua orang. Namun demikian dari pikiran-pikiran ahli tentang definisi manajemen kebenyakan menyatakan bahwa  manajemen  merupakan suatu proses terentu yang menggunakan kemampuan atau keahlian untuk mencapai suatu tujuan yang didalam pelaksanaannya dapat mengikuti alur keilmuan secara ilmiah dan dapat pula menonjolkan kekhasan atau gaya manejer  dalam mendayagunakan kemampuan orang lain.
Dengan demikian terdapat tiga fokus untuk mengartikan manajemen yaitu;
  1. manajemen sebagai suatu kemampuan atau keahlian yang selanjutnya menjadikeahlian manajemen sebagai suatu profesi. Manajemen sebagai suatu ilmu menekankan perhatian pada keterapilan dan kemampuan manajerial yang  diklasifikasikan menjadi kemampuan  atau keterampialan teknikal, manusiawi dan konseptual.
  2. Manajemen sebagai proses yaitu yaitu dengan menentukan langkah yg sistematis dan terpadu sebagai aktifitas  manajemen.
  3. Manajemen sebagai seni tercermin dari perbedaan gaya seseorang dalam menggunakan atau memperdayakan orang lain untuk mencapai tujuan.

Dengan demikian manajemen merupakan dan keterampilan khusus yang dimiliki oleh seorang untuk melakukan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan baik secara perorangan ataupun bersama orang lain atau meleliui orang lain dalam upaya mencapai tujuan organisasi secara produktif, efektif dan efisien.

  1. Pengertian manajemen pendidikan

Secara sederhana manajemen pendidikan merupakan proses manajemen dalam pelaksanaan tugas pendidikan dengan mendayagunakan segala sumber secara efisien untuk mencapai tujuan secara efektif. Namun demikian untuk mendapatkan pengertian yang lebih komprehensip, diperlukan pemahaman tentang pengertian, proses dan substansi pendidikan.

Menurut Brubekcker educatation should be trough of as process of manreciprocal adjusman to nature. Dinyatakan bahwa pendidikan merupakan proses timbal balik antara kepribadian individu dalam penyesuaiyan diri dengan lingkungan pendidikan.

Yang dimaksud dengan lingkungan pendidikan adalah suatu upaya yang diciptakan untuk membantu kepribadian individu tumbuh dan berkembang serta bermanfaat bagi kehidupan.

Dictionary of education mendefinisikan pendidikan sebagai (1) proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan tingkah laku dalam masyarakat; (2) proses social yang menyediakan lingkungan yang terpilih dan terkontrol untuk mengembangkan kemampuan social dan individual optimal.

Pada undang-undang sistem pendidikan nasional No 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terancam untuk menciptakan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memeiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri,  kepribadiaan, kecerdasan, sokap social, dan keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dengan demikian pendidikan merupakan suatu sistem terencana untuk menciptakan manusia seutuhnya. Sistem pendidikan memiliki garapan dasar yang di kembangkan,  diantaranya terdiri dari:
a.       Bidang garapan peserta didi
b.       Bidang garapan tenaga kependidikan
c.       Bidang garapan kurikulum
d.      Bidang garapan sarana prasarana
e.       Bidang garapan keuangan
f.       Bidang garapan kemitraan dengan masyarakat
g.      Bidang garapan bimbingan dan pelayanan khusus

Mengadaptasi pengertian manajemen  dari para ahli dapat dikemukakan bahwa manajemen pendidikan adalah proses perencanaan, pengorganisasia, pengarahan dan pengawasan usaha pendidikan agar mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Manajemen pendidikan adalah suatu penataan bidang garapan pendidikan yang dilakukan melalui aktifitas perencanaan, pengorganisasian, pembinaan, pengkoordinasian, pengkomunikasian, pemitivasian, penganggaran, pengadilan,  pengawasan penilaian dan pelaporan, secara sistematis untuk mencapai tujuan pendidikan secara ber kualitas.[3]

B.     Tujuan Manajemen Pendidikan

Dilakukan manajemen agar pelaksanaan suatu usaha terencana secara sistematis dan dapat dievaluasi secara benar, akurat dan lengkap sehingga tujuan secara produktif, berkualitas, efektif dan efisien
.
  1. produktivitas adalah perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh (input). Produktivitas dapat di nyatakan secara kuantitas maupun kualitas. Kuantitas output berupa jumbah tamatan dan kuantitas input berupa jumlah tenaga kerja dan sumberdaya selebihnya (uang, peralatan perlengkapan, bahan).
  2. kualitas menunjukkan kepada suatu ukuran penilaian atau penghargaan yang diberikan atau dikenakan kepada barang (products) dan jasa (services) tertentu berdasarkan pertimbangan objektif atas bobot atau kenerjanya (pfeffer end coote, 1991).
  3. efektivitas adalah ukuran keberhasilan tujuan organisasi. Etzioni (1964: 187) mengatakan bahwa “keefektifan adalah derajat dimana organisasi mencapai tujuannya atau menurut sergiovani (1987:33) yaitu kesesuaain hasil yang dicapai organisasi dan tujuan-tujuan.
  4. efisiensi berkaitan dengan cara yaitu membuat sesuatu dengan betul (doing things right) atau efektifitas adalah menyangkut tujuan (doing things right) atau efektifitas adalah perbandingan antara rencana dengan tujuan yang dicapai, efesien lebih ditekankan pada perbandingan antara input atau sumber daya dengan ouput.

D. Pendekatan-pendekatan manajemen.

  1. Empirikal atau khusus: ilmu dan praktek manajemen dikembangkan melalui pengkajian khusus yang telah dialami di masa yang lalu.
  2. prilaku antara pribadi ( interpersonal behavior ) ilmu dan praktik manajemen di pelajari melalui hubungan-hubungan antara pribadi pada organisasi dengan fokus kajian pada individu dan motivasinya.
  3. perilaku kelompok: studi tentang pola-pola prilaku kelompok dalam organisasi lebih dominan dari pada  kepada hubungan antara pribadi.
  4. sistem-sistem sosial komperatif : memadukan antara hubungan  pribadi dengan kelompok. Bahwa mempelajari manajemen dapt dilakukan dengan mempelajari hubungan antara manusia sebagai sistem social yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan.
  5. sistem-sistem sosio-teknikal: bahwa sistem teknikal memberi pengaruh besar pada system social, sehingga perlu dikembangkan keterpaduan perhatian dan praktik secara kebudayaan.
  6. teori keputusan ( decision theory ); bahwa manejer adalah pengambil keputusan sehingga pengembangan manajemen ada pada kemampuan dan keahlian mengambil keputusan. [4]

C.     Prinsip manajemen.

            Douglas ( 1963: 13-17 ) merumuskan prinsip-prinsip manajemen pendidikan sebagai berikut.
1.      memprioritaskan tujuan diatas kepentingan pribadi dan kepentingan mekanisme kerja.
2.      mengkoordinasikan wewenang dan tanggung jawab.
3.      memberikan tanggung jawab pada personil secolah hendaknya sesuai dengan sifat-sifat dan kemampuannya.
4.      mengenal secara baik fektor-faktor psikologis manusia.
5.      relatifitas nilai-nilai
prinsip diatas memiliki esensi bahwa manajemen dan ilmu dan praktiknya harus memperhatikan tujuan, orang-orang, tugas-tugas, dan nilai-nilai. Hal ini hampir selaras dengan apa yang dikemukakan fattah ( 1996: 33 ) yang mengklasifikasikan prinsip manajemen ke dalam tiga yaitu:
a.       Prinsip manajemen berdasarkan sasaran: bahwa tujuan adalah sangat esensial bagi organisasi. Hendaknya organisasi merumuskan tujuan dengan tepat sesuai dengan arah organisasi, tujuan suatu organisasi dapat dijabarkan dalam bentih visi, misi dan sasaran-sasaran.
b.      Prinsip manajemen berdasarkan sasaran sudah di kembangkan menjadi suatu teknik manajemen yaitu: MBO ( management by objectivc ) yang pertama digagas oleh derecker ( 1954 ) sebagai suatu pendekatan dalam perencanaan. Penerapan pada manajemen pendidikan adalah bahwa kepala dinas memimpin tim yang beranggotakan unsur pejabat dan fungsional dinas, dan lebih baik terdapat stakeholders untuk merumuskan visi, misi dan objective dinas pendidikan.
Pada tingkat sekolah, kepala sekolah, wakil sekolah, guru, TU, komite sekolah, siswa, orang tua siswa, masyarakat dan stakeholders duduk .[5]




III
KESIMPULAN

                  Manajemen merupakan kemampuan dan keterampilan khusus yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu kegiatan baik secara perorangan ataupun bersama orang lain atau melalui orang lain dalam upaya mencapai tujuan organisasi secara produktif, efektif dan evisien.

                  Manajemen pendidikan adalah suatu penataan bidang garapan pendidikan yang dilakukan melaluai aktifitas perencanaan, pengorganisasian, penyusunan staf, pengendalian, pembinaan, pengawasan, penilaiian dan pelaporan secara sistemmatis untuk mencapai tujuan pendidikan secara berkualitas.


DAFTAR PUSTAKA

ABDURRAHMAN AN NAHLAWI. Pendidikan islam dirumah sekolah dan masyarakat. Jakarta: GEMA INSANI PRESS. 1996
Abuddin Nata, M.A. manajemen pendidikan. Jakarta: kencana. 2008.

Akdon, M. Pd. Manajemern pendididkan. Bandung: CV PUSTAKA SETIA. 2011.
 
Mujamil Qomar. Manajemen pendidikan islam. Erlangga.    
             




[1] ABDURRAHMAN AN NAHLAWI. Pendidikan islam dirumah sekolah dan masyarakat. Jakarta: GEMA INSANI PRESS. 1996

[2] Abuddin Nata, M.A. manajemen pendidikan. Jakarta: kencana. 2008.


[3] Akdon, M. Pd. Manajemern pendididkan. Bandung: CV PUSTAKA SETIA. 2011.
 

[4] Akdon, M. Pd. Manajemern pendididkan. Bandung: CV PUSTAKA SETIA. 2011.

[5] Mujamil Qomar. Manajemen pendidikan islam. Erlangga.