A. Pendahuluan
Ilmu manajemen apabila dipelajari secara komprehensif dan di terapkan secara
konsisten memberikan arah yang jelas, langkah yang teratur dan keberhasilan dan
kegagalan dapat mudah di evaluasi dengan benar, akurat dan lengkap sehingga
dapat di jadikan bahan pembelajaran bagi tindakan selanjutnya.
Organisasi
pendidikan sebagai lembaga yang bukan saja besar secara fisik,tetapi
juga mengemban misi yang besar dan mulia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tentu saja memerlukan manajemen yang
profesional.
Siapapun yang menjalankan usaha tentu telah melaksanakan
serangkayan kegiatan merencanakan, melaksanakan, dan menilai keberhasilan dan
kegagalan usahanya. Disadari atau tidsk, mereka telah menempuh proses
manajemen. akan tetepi, alangkah lebih baik apabila dalam praktik usahanya
mereka menerapkan pemahaman yang mendalam tentang ilmu manajemen, tentu
usahanya akan lebih terarah dan lebih mudah mencapai tujuan.
PEMBAHASAN
Manajemen Sekolah;
Penertian,fungsi,dan Bidang Manajemen
A.Pengertian Manajemen
sekolah;
Dalam konteks pendidikan, memang masih ditemukan kontroversi dan
inkonsistensi dalam penggunaan istilah manajemen. Di satu pihak ada yang tetap
cenderung menggunakan istilah manajemen, sehingga dikenal dengan istilah
manajemen pendidikan. Di lain pihak, tidak sedikit pula yang menggunakan
istilah administrasi sehingga dikenal istilah adminitrasi pendidikan. Dalam
studi ini, penulis cenderung untuk mengidentikkan keduanya, sehingga kedua
istilah ini dapat digunakan dengan makna yang sama.
Selanjutnya, di bawah ini akan disampaikan beberapa pengertian umum
tentang manajemen yang disampaikan oleh beberapa ahli. Dari Kathryn . M. Bartol
dan David
C. Martin yang dikutip oleh A.M. Kadarman SJ dan Jusuf Udaya (1995)
memberikan rumusan bahwa :
“Manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan – tujuan organisasi
dengan melakukan kegiatan dari empat fungsi utama yaitu merencanakan
(planning), mengorganisasi (organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan
(controlling). Dengan demikian, manajemen adalah sebuah kegiatan yang
berkesinambungan”.
Sedangkan dari Stoner sebagaimana dikutip oleh T. Hani Handoko
(1995) mengemukakan bahwa:
“Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan”.
Secara khusus dalam konteks pendidikan, Djam’an Satori (1980)
memberikan pengertian manajemen pendidikan dengan menggunakan istilah
administrasi pendidikan yang diartikan sebagai “keseluruhan proses kerjasama
dengan memanfaatkan semua sumber personil dan materil yang tersedia dan sesuai
untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan
efisien”. Sementara itu, Hadari Nawawi (1992) mengemukakan bahwa “administrasi
pendidikan sebagai rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian
usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara
sistematis yang diselenggarakan di lingkungan tertentu terutama berupa lembaga
pendidikan formal”.
Meski ditemukan pengertian manajemen atau administrasi yang beragam,
baik yang bersifat umum maupun khusus tentang kependidikan, namun secara
esensial dapat ditarik benang merah tentang pengertian manajemen pendidikan,
bahwa : (1) manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan; (2) manajemen
pendidikan memanfaatkan berbagai sumber daya; dan (3) manajemen pendidikan
berupaya untuk mencapai tujuan tertentu.[1]
B.Fungsi Manajemen Sekolah
Dikemukakan di atas bahwa manajemen pendidikan merupakan suatu
kegiatan. Kegiatan dimaksud tak lain adalah tindakan-tindakan yang mengacu
kepada fungsi-fungsi manajamen. Berkenaan dengan fungsi-fungsi manajemen ini,
H. Siagian (1977) mengungkapkan pandangan dari beberapa ahli, sebagai berikut:
Menurut G.R. Terry terdapat empat fungsi manajemen, yaitu :
(1)planning(perencanaan);
(2)organizing(pengorganisasian);
(3)actuating(pelaksanaan)
(4) controlling (pengawasan)
(1)planning(perencanaan);
(2)organizing(pengorganisasian);
(3)actuating(pelaksanaan)
(4) controlling (pengawasan)
Sedangkan menurut Henry Fayol terdapat lima fungsi manajemen,
meliputi :
(1)planning(perencanaan);
(2)organizing(pengorganisasian);
(3)commanding(pengaturan);
(4)coordinating(pengkoordinasian);
(5) controlling (pengawasan).
(1)planning(perencanaan);
(2)organizing(pengorganisasian);
(3)commanding(pengaturan);
(4)coordinating(pengkoordinasian);
(5) controlling (pengawasan).
Untuk memahami lebih jauh tentang fungsi-fungsi manajemen
pendidikan, di bawah akan dipaparkan tentang fungsi-fungsi manajemen pendidikan
dalam perspektif persekolahan, dengan merujuk kepada pemikiran G.R. Terry,
meliputi : (1) perencanaan (planning); (2) pengorganisasian (organizing); (3)
pelaksanaan (actuating) dan (4) pengawasan (controlling).
1.
Perencanaan (planning)
Perencanaan tidak lain merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan
yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Sebagaimana
disampaikan oleh Louise E. Boone dan David L. Kurtz (1984) bahwa: planning
may be defined as the proses by which manager set objective, asses the future, and
develop course of action designed to accomplish these objective. Sedangkan
T. Hani Handoko (1995)mengemukakan bahwa
“ Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi ini.”
Arti penting
perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap kegiatan,
sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan
seefektif mungkin. T. Hani Handoko mengemukakan sembilan manfaat perencanaan
bahwa perencanaan:
(a) membantu
manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan;
(b) membantu dalam kristalisasi persesuaian
pada masalah-masalah utama;
(c) memungkinkan manajer memahami keseluruhan
gambaran;
(d) membantu
penempatan tanggung jawab lebih tepat;
(e) memberikan cara pemberian perintah untuk
beroperasi;
(f) memudahkan dalam melakukan koordinasi di
antara berbagai bagian organisasi;
(g) membuat
tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami;
(h) meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti;
dan
(i) menghemat waktu, usaha dan dana.
2.
Pengorganisasian (organizing)
Fungsi
manajemen berikutnya adalah pengorganisasian (organizing). George R.
Terry (1986) mengemukakan bahwa :
“Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan
kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama
secara efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas
tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran
tertentu”.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengorganisasian adalah bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa yang mengerjakan, kapan dikerjakan, dan apa targetnya.
Berkenaan dengan pengorganisasian ini, Hadari Nawawi (1992) mengemukakan beberapa asas dalam organisasi, diantaranya adalah : (a) organisasi harus profesional, yaitu dengan pembagian satuan kerja yang sesuai dengan kebutuhan; (b) pengelompokan satuan kerja harus menggambarkan pembagian kerja; (c) organisasi harus mengatur pelimpahan wewenang dan tanggung jawab; (d) organisasi harus mencerminkan rentangan kontrol; (e) organisasi harus mengandung kesatuan perintah; dan (f) organisasi harus fleksibel dan seimbang.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengorganisasian adalah bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa yang mengerjakan, kapan dikerjakan, dan apa targetnya.
Berkenaan dengan pengorganisasian ini, Hadari Nawawi (1992) mengemukakan beberapa asas dalam organisasi, diantaranya adalah : (a) organisasi harus profesional, yaitu dengan pembagian satuan kerja yang sesuai dengan kebutuhan; (b) pengelompokan satuan kerja harus menggambarkan pembagian kerja; (c) organisasi harus mengatur pelimpahan wewenang dan tanggung jawab; (d) organisasi harus mencerminkan rentangan kontrol; (e) organisasi harus mengandung kesatuan perintah; dan (f) organisasi harus fleksibel dan seimbang.
Ernest Dale seperti dikutip oleh T. Hani Handoko mengemukakan tiga
langkah dalam proses pengorganisasian, yaitu : (a) pemerincian seluruh
pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi; (b)
pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang logik dapat
dilaksanakan oleh satu orang; dan (c) pengadaan dan pengembangan suatu
mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan para anggota menjadi kesatuan yang
terpadu dan harmonis.
3.
Pelaksanaan (actuating)
Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating)
merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan
pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses
manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan
yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi.
Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating
merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga
mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran
anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin
mencapai sasaran-sasaran tersebut.
Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain
merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui
berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan
kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating)
ini adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu
jika : (1) merasa yakin akan mampu mengerjakan, (2) yakin bahwa pekerjaan
tersebut memberikan manfaat bagi dirinya, (3) tidak sedang dibebani oleh
problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting, atau mendesak, (4) tugas
tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan (5) hubungan antar
teman dalam organisasi tersebut harmonis.
4.
Pengawasan (controlling)
Pengawasan (controlling)
merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi.
Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan.
Dalam hal ini, Louis E. Boone dan David L. Kurtz (1984) memberikan rumusan
tentang pengawasan sebagai : “… the process by which manager determine
wether actual operation are consistent with plans”.
Sementara itu, Robert J. Mocker sebagaimana disampaikan oleh T. Hani
Handoko (1995) mengemukakan definisi pengawasan yang di dalamnya memuat unsur
esensial proses pengawasan, bahwa :
“Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan
standar pelaksanaan dengan tujuan – tujuan perencanaan, merancang sistem
informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah
ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta
mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber
daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.”
Dengan demikian, pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha
untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan
memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di
mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk
mengatasinya.
Selanjutnya dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko bahwa proses
pengawasan memiliki lima tahapan, yaitu : (a) penetapan standar pelaksanaan;
(b) penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan; (c) pengukuran pelaksanaan
kegiatan nyata; (d) pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan
penganalisaan penyimpangan-penyimpangan; dan (e) pengambilan tindakan koreksi,
bila diperlukan.
Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling kait mengkait antara satu dengan lainnya, sehingga menghasilkan apa yang disebut dengan proses manajemen. Dengan demikian, proses manajemen sebenarnya merupakan proses interaksi antara berbagai fungsi manajemen.
Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling kait mengkait antara satu dengan lainnya, sehingga menghasilkan apa yang disebut dengan proses manajemen. Dengan demikian, proses manajemen sebenarnya merupakan proses interaksi antara berbagai fungsi manajemen.
Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah
dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka proses manajemen pendidikan
memiliki peranan yang amat vital. Karena bagaimana pun sekolah merupakan suatu
sistem yang di dalamnya melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang
perlu dikelola secara baik dan tertib. Sekolah tanpa didukung proses manajemen
yang baik, boleh jadi hanya akan menghasilkan kesemrawutan lajunya organisasi,
yang pada gilirannya tujuan pendidikan pun tidak akan pernah tercapai secara
semestinya.
Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki perencanaan yang jelas dan realisitis, pengorganisasian yang efektif dan efisien, pengerahan dan pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu dapat meningkatkan kualitas kinerjanya, dan pengawasan secara berkelanjutan.[2]
Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki perencanaan yang jelas dan realisitis, pengorganisasian yang efektif dan efisien, pengerahan dan pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu dapat meningkatkan kualitas kinerjanya, dan pengawasan secara berkelanjutan.[2]
C.
Bidang Kegiatan Pendidikan
Berbicara tentang kegiatan pendidikan, di bawah ini beberapa
pandangan dari para ahli tentang bidang-bidang kegiatan yang menjadi wilayah
garapan manajemen pendidikan. Ngalim Purwanto (1986) mengelompokkannya ke dalam
tiga bidang garapan yaitu :
- Administrasi material, yaitu kegiatan yang menyangkut bidang-bidang materi/ benda-benda, seperti ketatausahaan sekolah, administrasi keuangan, gedung dan alat-alat perlengkapan sekolah dan lain-lain.
- Administrasi personal, mencakup di dalamnya administrasi personal guru dan pegawai sekolah, juga administrasi murid. Dalam hal ini masalah kepemimpinan dan supervisi atau kepengawasan memegang peranan yang sangat penting.
- Administrasi kurikulum, seperti tugas mengajar guru-guru, penyusunan sylabus atau rencana pengajaran tahunan, persiapan harian dan mingguan dan sebagainya.
Hal serupa dikemukakan pula oleh M. Rifa’i (1980) bahwa
bidang-bidang administrasi pendidikan terdiri dari :
- Bidang kependidikan atau bidang edukatif, yang menyangkut kurikulum, metode dan cara mengajar, evaluasi dan sebagainya.Bidang personil, yang mencakup unsur-unsur manusia yang belajar, yang mengajar, dan personil lain yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar.
- Bidang alat dan keuangan, sebagai alat-alat pembantu untuk melancarkan siatuasi belajar mengajar dan untuk mencapai tujuan pendidikan sebaik-baiknya.
Setiap ahli memberi pandangan
yang berbeda tentang batasan manajemen, karena itu tidak mudah memberi arti
universal yang dapat diterima semua orang. Namun demikian dari pikiran-pikiran
ahli tentang definisi manajemen kebenyakan menyatakan bahwa manajemen
merupakan suatu proses terentu yang menggunakan kemampuan atau keahlian
untuk mencapai suatu tujuan yang didalam pelaksanaannya dapat mengikuti alur
keilmuan secara ilmiah dan dapat pula menonjolkan kekhasan atau gaya
manejer dalam mendayagunakan kemampuan
orang lain.
Dengan demikian terdapat tiga fokus untuk
mengartikan manajemen yaitu;
- manajemen
sebagai suatu kemampuan atau keahlian yang selanjutnya menjadikeahlian
manajemen sebagai suatu profesi. Manajemen sebagai suatu ilmu menekankan
perhatian pada keterapilan dan kemampuan manajerial yang diklasifikasikan menjadi kemampuan atau keterampialan teknikal, manusiawi dan
konseptual.
- Manajemen
sebagai proses yaitu yaitu dengan menentukan langkah yg sistematis dan
terpadu sebagai aktifitas
manajemen.
- Manajemen
sebagai seni tercermin dari perbedaan gaya seseorang dalam menggunakan
atau memperdayakan orang lain untuk mencapai tujuan.
Dengan
demikian manajemen merupakan dan keterampilan khusus yang dimiliki oleh seorang
untuk melakukan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan baik secara perorangan
ataupun bersama orang lain atau meleliui orang lain dalam upaya mencapai tujuan
organisasi secara produktif, efektif dan efisien.
- Pengertian manajemen pendidikan
Secara
sederhana manajemen pendidikan merupakan proses manajemen dalam pelaksanaan
tugas pendidikan dengan mendayagunakan segala sumber secara efisien untuk mencapai
tujuan secara efektif. Namun demikian untuk mendapatkan pengertian yang lebih
komprehensip, diperlukan pemahaman tentang pengertian, proses dan substansi
pendidikan.
Menurut Brubekcker educatation should be trough of as process
of manreciprocal adjusman to nature. Dinyatakan bahwa pendidikan merupakan
proses timbal balik antara kepribadian individu dalam penyesuaiyan diri dengan
lingkungan pendidikan.
Yang dimaksud dengan
lingkungan pendidikan adalah suatu upaya yang diciptakan untuk membantu kepribadian
individu tumbuh dan berkembang serta bermanfaat bagi kehidupan.
Dictionary of education
mendefinisikan pendidikan sebagai (1) proses seseorang mengembangkan kemampuan,
sikap, dan tingkah laku dalam masyarakat; (2) proses social yang menyediakan
lingkungan yang terpilih dan terkontrol untuk mengembangkan kemampuan social
dan individual optimal.
Pada
undang-undang sistem pendidikan nasional No 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terancam untuk menciptakan suasana belajar agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memeiliki
kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadiaan, kecerdasan, sokap social, dan
keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dengan demikian
pendidikan merupakan suatu sistem terencana untuk menciptakan manusia
seutuhnya. Sistem pendidikan memiliki garapan dasar yang di kembangkan, diantaranya terdiri dari:
a. Bidang garapan
peserta didi
b. Bidang garapan tenaga kependidikan
c. Bidang garapan kurikulum
d. Bidang garapan sarana
prasarana
e. Bidang garapan
keuangan
f. Bidang garapan
kemitraan dengan masyarakat
g. Bidang garapan
bimbingan dan pelayanan khusus
Mengadaptasi pengertian
manajemen dari para ahli dapat
dikemukakan bahwa manajemen pendidikan adalah proses perencanaan,
pengorganisasia, pengarahan dan pengawasan usaha pendidikan agar mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Manajemen pendidikan adalah
suatu penataan bidang garapan pendidikan yang dilakukan melalui aktifitas
perencanaan, pengorganisasian, pembinaan, pengkoordinasian, pengkomunikasian,
pemitivasian, penganggaran, pengadilan,
pengawasan penilaian dan pelaporan, secara sistematis untuk mencapai
tujuan pendidikan secara ber kualitas.[3]
B.
Tujuan Manajemen Pendidikan
Dilakukan
manajemen agar pelaksanaan suatu usaha terencana secara sistematis dan dapat
dievaluasi secara benar, akurat dan lengkap sehingga tujuan secara produktif,
berkualitas, efektif dan efisien
.
- produktivitas adalah perbandingan terbaik antara hasil
yang diperoleh (input). Produktivitas
dapat di nyatakan secara kuantitas maupun kualitas. Kuantitas output berupa jumbah tamatan dan
kuantitas input berupa jumlah
tenaga kerja dan sumberdaya selebihnya (uang, peralatan perlengkapan,
bahan).
- kualitas menunjukkan kepada suatu ukuran penilaian
atau penghargaan yang diberikan atau dikenakan kepada barang (products) dan jasa (services) tertentu berdasarkan
pertimbangan objektif atas bobot atau kenerjanya (pfeffer end coote,
1991).
- efektivitas adalah ukuran keberhasilan tujuan organisasi.
Etzioni (1964: 187) mengatakan bahwa “keefektifan adalah derajat dimana
organisasi mencapai tujuannya atau menurut sergiovani (1987:33) yaitu
kesesuaain hasil yang dicapai organisasi dan tujuan-tujuan.
- efisiensi berkaitan dengan cara yaitu membuat sesuatu
dengan betul (doing things right) atau efektifitas adalah menyangkut
tujuan (doing things right) atau efektifitas adalah perbandingan antara
rencana dengan tujuan yang dicapai, efesien lebih ditekankan pada
perbandingan antara input atau sumber daya dengan ouput.
D. Pendekatan-pendekatan manajemen.
- Empirikal atau khusus: ilmu dan
praktek manajemen dikembangkan melalui pengkajian khusus yang telah
dialami di masa yang lalu.
- prilaku antara pribadi ( interpersonal behavior ) ilmu dan
praktik manajemen di pelajari melalui hubungan-hubungan antara pribadi
pada organisasi dengan fokus kajian pada individu dan motivasinya.
- perilaku kelompok: studi tentang
pola-pola prilaku kelompok dalam organisasi lebih dominan dari pada kepada hubungan antara pribadi.
- sistem-sistem sosial komperatif :
memadukan antara hubungan pribadi
dengan kelompok. Bahwa mempelajari manajemen dapt dilakukan dengan
mempelajari hubungan antara manusia sebagai sistem social yang bekerja sama
untuk mencapai suatu tujuan.
- sistem-sistem sosio-teknikal: bahwa
sistem teknikal memberi pengaruh besar pada system social, sehingga perlu
dikembangkan keterpaduan perhatian dan praktik secara kebudayaan.
- teori keputusan ( decision theory ); bahwa manejer
adalah pengambil keputusan sehingga pengembangan manajemen ada pada
kemampuan dan keahlian mengambil keputusan. [4]
C.
Prinsip manajemen.
Douglas ( 1963: 13-17 ) merumuskan
prinsip-prinsip manajemen pendidikan sebagai berikut.
1. memprioritaskan
tujuan diatas kepentingan pribadi dan kepentingan mekanisme kerja.
2. mengkoordinasikan
wewenang dan tanggung jawab.
3. memberikan tanggung
jawab pada personil secolah hendaknya sesuai dengan sifat-sifat dan
kemampuannya.
4. mengenal secara baik
fektor-faktor psikologis manusia.
5. relatifitas
nilai-nilai
prinsip diatas
memiliki esensi bahwa manajemen dan ilmu dan praktiknya harus memperhatikan
tujuan, orang-orang, tugas-tugas, dan nilai-nilai. Hal ini hampir selaras
dengan apa yang dikemukakan fattah ( 1996: 33 ) yang mengklasifikasikan prinsip
manajemen ke dalam tiga yaitu:
a. Prinsip manajemen
berdasarkan sasaran: bahwa tujuan adalah sangat esensial bagi organisasi.
Hendaknya organisasi merumuskan tujuan dengan tepat sesuai dengan arah
organisasi, tujuan suatu organisasi dapat dijabarkan dalam bentih visi, misi
dan sasaran-sasaran.
b. Prinsip manajemen
berdasarkan sasaran sudah di kembangkan menjadi suatu teknik manajemen yaitu:
MBO ( management by objectivc ) yang pertama digagas oleh derecker ( 1954 )
sebagai suatu pendekatan dalam perencanaan. Penerapan pada manajemen pendidikan
adalah bahwa kepala dinas memimpin tim yang beranggotakan unsur pejabat dan
fungsional dinas, dan lebih baik terdapat stakeholders untuk merumuskan visi,
misi dan objective dinas pendidikan.
Pada tingkat sekolah, kepala sekolah, wakil
sekolah, guru, TU, komite sekolah, siswa, orang tua siswa, masyarakat dan stakeholders duduk .[5]
III
KESIMPULAN
Manajemen
merupakan kemampuan dan keterampilan khusus yang dimiliki oleh seseorang untuk
melakukan suatu kegiatan baik secara perorangan ataupun bersama orang lain atau
melalui orang lain dalam upaya mencapai tujuan organisasi secara produktif,
efektif dan evisien.
Manajemen
pendidikan adalah suatu penataan bidang garapan pendidikan yang dilakukan
melaluai aktifitas perencanaan, pengorganisasian, penyusunan staf,
pengendalian, pembinaan, pengawasan, penilaiian dan pelaporan secara
sistemmatis untuk mencapai tujuan pendidikan secara berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
ABDURRAHMAN AN
NAHLAWI. Pendidikan islam dirumah sekolah
dan masyarakat. Jakarta: GEMA INSANI PRESS. 1996
Abuddin Nata, M.A.
manajemen pendidikan. Jakarta:
kencana. 2008.
Akdon, M. Pd.
Manajemern pendididkan. Bandung: CV PUSTAKA SETIA. 2011.
Mujamil Qomar. Manajemen pendidikan islam. Erlangga.